Kamis, 13 Maret 2014

Psikoterapi "Rational Emotive Therapy"



Nama   : Rima Alifia Rahmi
Nim     : I1C110018

“Rational Emotive Therapy”

Pengertian Rational Emotive Therapy (RET/TRE)
Terapi rasional emotif adalah sistem psikoterapi yang mengajari individu bagaimana sistem keyakinannya menentukan yang dirasakan dan dilakukannya pada berbagai peristiwa dalam kehidupan. Penekanan terapi ini pada cara berpikir mempengaruhi perasaan, sehingga termasuk dalam terapi kognitif. Terapi ini diperkenalkan pada tahun 1955 oleh Albert Ellis, seorang psikolog klinis. Ellis menggabungkan terapi humanistik, filosofis, dan behavioral menjadi terapi rasional emotif (TRE). TRE banyak kesamaan dengan dengan terapi yang berorientasi pada kognisi, perilaku dan perbuatan dimana TRE menekankan pada berpikir, memikirkan, mengambil keputusan, menganalisis dan berbuat. TRE didasarkan pada asumsi bahwa kognisi, emosi, dan perilaku berinteraksi secara signifikan dan memiliki hubungan sebab akibat timbal balik.

Konsep-Konsep Utama
1.      Manusia dilahirkan dengan potensi, baik untuk berpikir rasional dan jujur maupun untuk berpikir irasional dan jahat.
2.      Manusia memiliki sumber-sumber yang tak terhingga bagi aktualisasi potensi-potensi dirinya dan bisa mengubah ketentuan-ketentuan pribadi dan masyarakat.
3.      manusia berpikir, beremosi, dan bertindak secara stimulan.

Teori ABC dari kepribadian
Ada tiga pilar yang membangun tingkah laku individu. Kerangka pilar ini yang kemudian dikenal dengan konsep atau teori ABC.
A.    = Antecedent event atau segenap peristiwa luar yang dialami atau memapar individu. Peristiwa pendahulu yang berupa fakta, kejadian, tingkah laku, atau sikap orang lain. Perceraian suatu keluarga, kelulusan bagi siswa, dan seleksi masuk bagi calon karyawan merupakan antecendent event bagi seseorang. seperti kesulitan-kesulitan keluarga, kendala-kendala pekerjaan, trauma-trauma masa kecil, dan hal-hal lain yang kita anggap sebagai penye­bab ketidak bahagiaan.
B.     = Beliefs, yaitu keyakinan, pandangan, nilai, atau verbalisasi diri individu terhadap suatu peristiwa. Keyakinan seseorang ada dua macam, yaitu keyakinan yang rasional (rational belief atau rB) dan keyakinan yang tidak rasional (irrasional belief atau iB). Keyakinan yang rasional merupakan cara berpikir atau system keyakinan yang tepat, masuk akal, bijaksana, dan kerana itu menjadi prosuktif. Keyakinan yang tidak rasional merupakan keyakinan ayau system berpikir seseorang yang salah, tidak masuk akal, emosional, dan keran itu tidak produktif.
C.     = Consequence, yaitu konsekuensi emosional sebagai akibat atau reaksi individu dalam bentuk perasaan senang atau hambatan emosi dalam hubungannya dengan antecendent event (A). Konsekuensi emosional ini bukan akibat langsung dari A tetapi disebabkan oleh beberapa variable antara dalam bentuk keyakinan (B) baik yang rB maupun yang iB. Konsekuensi-konsekuensi ini dapat berupa gejala neurotik dan emosi-emosi negatif seperti panik, dendam dan amarah karena depresi yang bersumber dari keyakinan-­keyakinan kita yang keliru.
Selain itu, Ellis juga menambahkan D dan E untuk rumus ABC ini. Seorang terapis harus melawan (dispute; D) keyakinan-keyakinan irasional itu agar kliennya bisa menikmati dampak-dampak (effects; E) psikologis positif dari keyakinan-keyakinan yang rasional.

Tujuan Terapi Rasional Emotif
Ellis mengatakan tujuan utama terapi ini adalah untuk membantu individu-individu menanggulangi problem-problem perilaku dan emosi mereka untuk membawa mereka kekehidupan yang lebih bahagia, lebih sehat, dan lebih terpenuhi. Secara sederhana dan umum tujuan terapi ini adalah membantu klien untuk membebaskan diri dari gagasan-gagasan yang tidak logis dan untuk belajar gagasan-gagasan yang logis serta realisitik sebagai penggantinya. Secara terperinci terapi ini bertujuan untuk;
  • Memperbaiki dan mengubah segala perilaku, sikap, persepsi, cara berpikir, keyakinan serta pandangan-pandangan yang irasional dan tidak logis menjadi rasional dan logis agar klien dapat mengembangkan dirinya.
  • Menghilangkan gangguan emosional yang merusak seperti rasa takut, rasa bersalah, rasa berdosa, rasa cemas, merasa was-was, rasa marah.
  • Untuk membangun Self Interest (minat), Self Direction (pengendalian/ pengarahan diri), Tolerance (toleransi), Acceptance of Uncertainty (kesediaan menerima ketidakpastian), Fleksibel, Commitment (komitmen terhadap sesuatu), Scientific Thinking (berpikir logis), Risk Taking (keberanian mengambil resiko), dan Self Acceptance (penerimaan diri) klien.

Fungsi dan peranan terapis
Terapis memiliki tugas khusus, yaitu, Langkah pertama adalah menunjukan kepada klien bahwa mereka telah menggunakan banyak hal yang “seharusnya” irasional. Langkah kedua terapis membawa klien melampaui tahap kesadaran. Langkah ketiga, menolong mereka memodifikasi pikiran mereka dan meninggalkan ide mereka yang irasional. Keempat yaitu menantang klien untuk mengembangkan falsafah hidup yang rasionil sehingga di masa depan mereka bisa menghindari diri untuk tidak menjadi korban dari keyakinan irasional yang lain.

Langkah-langkah Terapi Rasional Emotif
  1. Terapis berusaha menunjukkan bahwa cara berfikir klien harus logis kemudian membantu bagaimana dan mengapa klien sampai pada cara seperti itu, menunjukkan pola hubungan antara pikiran logis dan perasaan yang tidak bahagia atau dengan gangguan emosi yang di alami nya.
  2. Menunjukkan kepada klien bahwa ia mampu mempertahankan perilakunya maka akan terganggu dan cara pikirnya yang tidak logis inilah yang menyebabkan masih adanya gangguan sebagaimana yang di rasakan.
  3. Bertujuan mengubah cara berfikir klien dengan membuang cara berfikir yang tidak logis
  4. Dalam hal ini konselor menugaskan klien untuk mencoba melakukan tindakan tertentu dalam situasi nyata

Teknik-teknik Terapi Rasional Emotif
Teknik dalam terapi ini dibagi menjadi 3 sub pokok, yaitu;
a)    Teknik emotif
Teknik ini dilakukan untuk mengubah emosi klien. Ini sepenuhnya melibatkan emosi klien saat ia melawan keyakinan-keyakinannya yang irasional. Beberapa teknik emotif antara lain :
1.      Imaginasi rasional emotif. Klien membayangkan mereka sedang berpikir, merasakan, dan berperilaku tepat seperti yang akan mereka lakukan dalam imaginasi mereka serta merasakan dan berperilaku dalam kehidupan nyata.
2.      Bermain peran. Terapis sering meninterupsi untuk menunjukan kepada klien apa yang mereka katakan tentang diri mereka sendiri yang menciptkan gangguan dan apa yang mereka perbuat untuk mengubah perasaan mereka yang tidak pada tempatnya menjadi sesuai.
3.      Latihan menyerang rasa malu. Maksud utama dari latihan ini adalah bahwa klien berusaha untuk tidk merasa mlu meskipun orang lain jelas-jelas tidak menyetujuinya.
4.      Penggunaan kekuatan dan ketegaran. Klien ditunjukan bagaimana cara menggunakan dialog keras pada diri mereka sendiri dimana mereka mengungkapkan keyakinan irasional mereka dan selanjutnya mempertanyakannya.
b)    Teknik kognitif
Teknik ini membantu klien berpikir mengenai pemikirannya dengan cara yang lebih konstruktif. Klien diajarkan untuk memeriksa bukti-bukti yang mendukung dan menentang keyakinan-keyakinan irasionalnya dengan menggunakan tiga kriteria utama: logika, realisme dan kemanfaatan. Beberapa teknik kognitif antara lain :
1)      Mempertanyakan keyakinan irasional. Terapis menunjukan kepada klien bahwa mereka terganggu bukan karena peristiwa tertentu yang terjadi melainkan karena persepsi mereka sendiri atas peristiwa itu dan karena sifat dari pernyataan mereka terhadap diri sendiri.
2)      Pekerjaan rumah kognitif. Mereka diberi pekerjaan rumh yaitu cara untuk melacak “seharusnya” yang mutlak merupakan bagian dari pesan diri mereka yang terinternalisasi.
3)      Mengubah gaya berbahasa seseorang. Klien belajar bahwa “seharusnya” bisa diganti dengan preferensi. Praktisi berlandasan bahwa bahasa membentuk pola berpikir dan pola berpikir membentuk bahasa.
4)      Penggunaan humor. TRE berpendapat bahwa gangguan emosional sering kali merupakan hasil dari sikap diri yang terlalu serius dalam memandang hidup mereka kehilangan cita rasa perspektifnya serta rasa humor.
c)    Teknik tingkah laku
Teknik ini lebih digunakan khusus untuk mengubah tingkah laku. Teknik ini dinegosiasikan dengan klien atas dasar sifatnya yang menentang, tetapi tidak sampai membuat kewalahan, yaitu, tugas-tugas yang cukup menstimulasi untuk mewujudkan perubahan terapeutik, namun tidak terlalu menakutkan karena justru akan menghambat menjalankan tugas-tugas tersebut. Teknik ini seperti; Teknik Peneguhan (Reinforcement), Desintisasi Bersistematik, Teknik Modelling, Teknik Releksasi.

Kelebihan terapi ini yaitu;
  • Membantu klien untuk siap menghadapi kenyataan
  • Pendekatan ini cepat sampai kepada masalah yang dihadapi oleh klien, menyadarkan klien terhadap pikiran/nilai yang irasional yang membuatnya bermasalah. Dengan itu perawatan juga dapat dilakukan dengan cepat.
  • Lebih rasional dalam membantu klien. Kaedah pemikiran logik yang diajarkan kepada klien dapat digunakan dalam menghadapi gejala yang lain.
  • Klien merasakan diri mereka mempunyai keupayaan intelektual dan kemajuan dari cara berfikir, sehingga dapat menyadarkan klien akan kekuatan dan kelemahan diri serta menyikapinya secara tepat

Kekurangan terapi ini, yaitu;
  • Konselor lebih otoritatif. Sehingga klien terkesan dipaksa untuk melakukan apa yang selama ini ia merasa tidak sanggup untuk dilakukannya.
  • Terapi ini terbatas pada individu dewasa, tidak dapat diterapkan pada anak dan remaja.
  • Ada setengah klien yang begitu terpisah dari realiti sehingga usaha untuk membawanya ke alam nyata sukar sekali dicapai.
  • Konselor terang-terangan dalam menyerang irasional klien. Padahal ada juga klien yang terlalu berprasangka terhadap logik, sehingga sukar untuk mereka menerima analisa logik.
  • Ada juga setengah klien yang memang suka mengalami gangguan emosi dan bergantung kepadanya didalam hidupnya, dan tidak mau membuat perubahan apa-apa lagi dalam hidup mereka.
Banyak klien yang dengan mudah diintimidasi terutama sebelum terapis mendapatkan respek dan kepercayaan dari klien. Apabila klien merasa tidak didengarkan atau diperdulikan maka ada kemungkinan besar klien akan meninggalkan kegiatan terapi.


Contoh Kasus

Dalam makalah ini kami cantumkan contoh kasus seseorang yang trauma dalam masalh percintaan  Amir (nama samaran) adalah sosok pria yang tampan dan mudah bergaul Dikamopung halamanx. Enneng (nama wanita tersebut)
Amir merupakan pemuda yang sangat tampan dikampungnya, tidak heran ia begitu di idam-idamkan oleh beberapa wanita dikampungnya tersebut. Suatu ketika dia mengenal seorang gadis yang sangat cantik yang bernama Enneng, perkenalan pun terus berlanjut, dan pada akhirnya mereka menjalin suatu hubungan yaitu pacaran. Disini amir sangat sayang kepada enneng, begitupun enneng kepada amir.
Suatu ketika amir mengajak enneng untuk menikah dengannya, tetapi disini niat baik amir untuk menikah dengan enneng dicekal oleh kedua orang tuanya. Karena satu alasan yaitu  perbedaan agama, amir yang seorang muslim dan enneng seorang non muslim, setelah beberapa hari kemudian amir pun berbicara dengan kekasihnya itu, dia mengajak enneng untuk masuk islam.....enneng pun berfikir lama, tanpa jawaban dia langsung pulang kerumahnya dan menanyakan kepada orang tuanya permintaan amir tersebut bahwa dirinya di ajak untuk menjadi seorang muslim karena orang tua amir mencekal mereka untuk menikah dengan berbeda keyakinan......tanpa jawaban apapun sentak orang tua enneng sangat marah besar kepada anaknya tersebut. Dia menyuruh   untuk tidak lagi berhubungan, dan tidak bertemu lagi dengan amir. enneng  pun sangat sedih sekali dia lekas berlari masuk ke kamarnya dan menelfon kekasihnya tersebut kalau permintaan amir itu untuk menjadikan enneng seorang muslim di tolak besar oleh kedua orang tua enneng. Beberapa hari kemudian enneng dipindahkan oleh orang tuanya ke luar kota, untuk mencegah agar amir dan enneng tidak bertemu lagi. Mendengar kabar ini amir.pun sangat sedih karena dia sangat sayang dan cinta kepada enneng.
     Beberapa tahun kemudian rasa kehilangan ituu sudah tidak ada lagi dan telah menghapus enneng dari kehidupan amir. Dia terus berjalan untuk mencari cinta sejatinya. Lagi lagi amir menemukan seorang gadis yang non muslim. Cerita percintaan amir yang kedua ini tidak jauh beda dengan cerita pertama mereka lagi lagi amir dicekal oleh orang tua gadis tersebut. Disinipun amir trauma untuk berpacaran, karena setiap dia pacaran yang serius dan tidak untuk main main pasti dengan gadis yang non muslim.


Referensi:
Corey, Gerald. (1995. Teori dan praktek dari konseling dan psikoterapi. Semarang : IKIP Semarang Press
McLeod, John. 2006. Pengantar Konseling: Teori dan Studi Kasus Edisi Ketiga. Jakarta: Kencana Prenada Media Group
Latipun. 2008. Psikologi Konseling Edisi Ketiga. Malang: UMM Press.
Palmer, Stephen. (2011). Konseling dan Psikoterapi. Yogyakarta:
http://twinstwing.blogspot.com/2012/11/rational-emotif-therapy.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar