Kamis, 13 Maret 2014

Psikoterapi "Psikoanalisa"



PSIKOANALISA


A.    Pengertian

Psikoanalisa secara umum berarti suatu pandangan tentang manusia, dimana ketidaksadaran memegang peranan sentral. Psikoanalisa memandang kejiwaan manusia sebagai ekspresi dari adanya dorongan yang menimbulkan konflik. Konflik timbul karena ada dorongan-dorongan yang saling bertentangan, baik dari dorongan yang disadari maupun yang tidak disadari.
Psikoanalisa sebagai teori dari psikoterapi menguraikan bahwa gejala neurotik pada seseorang timbul karena tertahannya ketegangan emosi yang ada, ketegangan yang ada kaitannya dengan ingatan mengenai hal-hal yang traumatik pada masa kanak-kanak yang ditekan.

B.     Konsep Utama
Secara umum konsep utama dari teori psikoanalisa adalah:
1.      Setiap anak memilki kebutuhan dasar yang harus dipenuhi dalam rangka perkembangan kepribadiannya secara sehat. Kebutuhan ini mencakup kebutuhan kasih sayang, rasa aman, rasa memilki, dan perasaan sukses.
2.      Perasaan merupakan aspek yang mendasar dan penting dalam kehidupan dan perilaku anak.
3.      Masing-masing anak berkembang melalui beberapa tahapan perkembangan emosional. Pengalaman traumatik dan deprivasi dapat berpengaruh terhadap munculnya gangguan kepribadian.
4.      Kualitas hubungan emosional anak dengan keluarga dan orang lain yang signifikan dalam kehidupannya merupakan faktor yang sangat krusial.
5.      Kecemasan akibat tidak terpenuhinya kebutuhan dan konflik-konflik dalam diri anak merupakan faktor penentu penting terhadap munculnya gangguan tingkah laku.
                                                                  
C.    Tujuan Konseling
Untuk mengurangi simptom psikopatologi dengan memunculkan pikiran dan perasaan-perasaan yang tertekan atau depresi ke dalam alam kesadarannya. Dengan kata lain membentuk kembali struktur kepribadian klien dengan menggali kembali hal-hal yang terpendam dalam alam ketidaksadarannya sehingga menjadi bagian dari alam kesadarannya. Agar berhasil, penting untuk melibatkan emosi sebagai bagian dari proses terapi serta menjadikan pemahamnnya sebagai bagian dari upaya meningkatkan kesadaran dirinya dengan mengkoreksi terhadap pengalaman-pengalamn emosionalnya.
Sumber konflik adalah materi-materi yang yang tertakan pada alam ketidaksadaran, terutama yang terjadi pada awal kehidupannya. Untuk itu ,terapis harus dapat membantu dan memotivasi klien agar mampu mengahayati dan mengekspresikan pengalaman-pengalaman masa lampaunya secara terrbuka, untuk selanjutnya ditata, didiskusikan, dianalisa, dan ditafsirkan dengan tujuan utama untuk merekonstruksikan kepribadiannya.

D.    Fungsi dan Terapis
Fungsi utama terapis adalah memberikan kemudahan kepada klien untuk memantulkan perasaan-perasaannya yang tertekan serta menafsirkan dan menganalisanya. Terutama terhadap bentuk-bentuk resistensi yang dihadapinya, yaitu suatu keadaan dimana anak berusaha untuk melindungi, menolak, mengingkari, atau mempertahankan diri dari suatu perasaan, trauma, atau interpretasi yang tidak mengenakkan dari terapis.
Agar fungsi berjalan dengan baik, penting bagi terapis untuk sejak awal mendorong klien agar dapat menyatakan dirinya secara bebas, sehingga secara berangsur-angsur klien dapat menemukan faktor-faktor penentu yang tidak disadari dari perilakunya pada masa kini. Disamping itu terapis hendaknya bersikap anonim (tidak dikenal) serta berupaya untuk sedikit menunjukkan perasaan dan pengalamannya.

E.     Proses dan Teknik Terapi
Sekalipun dalam psikoanalisa terapis hendaknya bersikap anonim, namun dalam prosesnya sejak awal terapis harus dapat membina hubungan baik dengan klien. Terapis juga harus mendorong klien agar mampu menyatakan dirinya secara bebas, membantu apabila klien melakukan penolakan (resistensi), menyambut baik pernyataan pengalihan (tranferensi), serta berusaha untuk membimbing klien ke arah kesadaran penuh dan ke arah intergritas sosial secara memuaskan.
Lima teknik dasar  dalam terapi psikoanalisa :
1.      Asosiasi bebas
Secara mendasar, tujuan teknik ini adalah untuk mengungkapkan pengalaman masa lalu dan menghentikan emosi-emosi yang berhubungan dengan pengalaman traumatik masa lampau.
Teknik asosiasi bebas ini dilakukan dengan klien berbaring di dipan dan terapis duduk di kursi sejajar dengan kepala klien, sehingga klien tidak melihat terapis. Dengan demikian, klien dapat mengungkapkan atau menyalurkan materi-materi yang ada dalam ketidaksadarannya secara bebas, terbuka, tidak menutup-nutupi tanpa harus malu, meskipun materi tesebut menyakitkan, tidak logis, atau tidak relevan.
Terapis harus mampu menjadi pendengar yang baik serta mendorong klien agar mampu mengungkapkan secara spontan setiap ingatan yang terlintas dalam pikirannya, pengalaman traumatik, mimpi, penolakan, dan pengalihan perasaannya.
2.      Interpretasi atau penafsiran
Adalah teknik yang digunakan oleh terapis untuk menganalisis asosiasi bebas, mimpi, resistensi, dan transferensi perasaan klien dengan tujuan utama untuk menemukan materi yang tidak disadari. Dengan demikian ego klien dapat mencerna materi tersebut melalui pemahaman baru dengan penuh kesadaran.
Dalam memberikan penafsiran, terapis harus hati-hati serta dapat memilih waktu dan kata-kata yang tepat agar klien tidak justru menjadi menutup diri atau mengembangkan pertahanan dirinya.
3.      Analisis Mimpi
Setiap mimpi memiliki isi yang bersifat manifes atau disadari dan juga bersifat laten (tersembunyi). Isi yang brsifat manifes adalah mimpi sebagai tampak pada diri orang yang mimpi, sedangkan isi yang bersifat laten terdiri dari motif-motif tersamar dari mimpi tersebut. Tujuan analisis mimpi adalah untuk mencari isi yang laten atau sesuatu yang ada dibalik isi yang manifes, untuk menemukan sumber-sumber konflik terdesak. Analisis mimpi hendaknya difokuskan kepada mimpi-mimpi yang sifatnya berulang-ulang, menakutkan, dan sudah pada taraf mengganggu.
4.      Analisis Resistensi
Resistensi merupakan suatu dinamika yang tidak disadari untuk mempertahankan kecemasan. Resistensi atau penolakan adalah keengganan klien untuk mengungkapkan materi ketidaksadaran yang mengancam dirinya, yang berarti ada perthanan diri terhadap kecemasan yang dialaminya. Apabila hal ini terjadi, maka sebenarnya merupakan kewajaran. Namun, yang penting bagi terapis adalah bagaimana pertahanan diri tersebut dapat diterobos sehingga dapat teramati, untuk selanjutnya dianalisis dan ditafsirkan, sehingga klien menyadari alasan timbulnya resistensi tersebut.
5.      Analisis Transferensi
Transferesnsi atau pengalihan adalah pergeseran arah yang tidak disadari kepada terapis dari orang-orang tertentu dalam masa silam klien. Pengalihan ini terkait dengan perasaan, sikap, dan khayalan klien, baik positif maupun negatif yang tidak terselesaikan pada masa silamnya.
Teknik analisis transferensi dilakukan dengan mengusahakan klien mampu mengembangkan transferensinya guna mengungkap kecemasan-kecemasan yang dialami pada masa kanak-kanaknya. Apabila transferensi ini tidak ditangani dengan baik, maka klien dapat menjadi bersikap menolak terhadap perlakuan terapis dan proses terapi dapat dirasakan sebagai suatu hukuman.

F.     Kelebihan Dan Kekurangan Terapi Psikoanalisis

Kelebihan
·       Terapi ini memiliki dasar teori yang kuat.
·       Dengan terapi ini terapis bisa lebih mengetahui masalah pada diri klien, karena prosesnya dimulai dari mencari tahu pengalaman-pengalaman masa lalu pada diri klien.
·       Terapi ini bisa membuat klien mengetahui masalah apa yang selama ini tidak disadarinya.

Kekurangan
·          Waktu yang dibutuhkan dalam terapi terlalu panjang
·          Memakan banyak biaya bagi klien
·          Karena waktunya lama, bisa membuat klien menjadi jenuh
·          Diperlukan terapis yang benar-benar terlatih untuk melakukan terapi


Sumber :
Kuntjojo. Profesionalisasi Bimbingan dan Konseling.
Sunardi, Permanarian dan M. Assjari. (2008). Teori Konseling. Bandung: PLB FIP UPI.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar