PSIKOANALISA
A.
Pengertian
Psikoanalisa secara umum berarti
suatu pandangan tentang manusia, dimana ketidaksadaran memegang peranan
sentral. Psikoanalisa memandang kejiwaan manusia sebagai ekspresi dari adanya
dorongan yang menimbulkan konflik. Konflik timbul karena ada dorongan-dorongan
yang saling bertentangan, baik dari dorongan yang disadari maupun yang tidak
disadari.
Psikoanalisa sebagai teori dari
psikoterapi menguraikan bahwa gejala neurotik pada seseorang timbul karena
tertahannya ketegangan emosi yang ada, ketegangan yang ada kaitannya dengan
ingatan mengenai hal-hal yang traumatik pada masa kanak-kanak yang ditekan.
B.
Konsep Utama
Secara
umum konsep utama dari teori psikoanalisa adalah:
1. Setiap anak memilki kebutuhan dasar
yang harus dipenuhi dalam rangka perkembangan kepribadiannya secara sehat.
Kebutuhan ini mencakup kebutuhan kasih sayang, rasa aman, rasa memilki, dan
perasaan sukses.
2. Perasaan merupakan aspek yang
mendasar dan penting dalam kehidupan dan perilaku anak.
3. Masing-masing anak berkembang
melalui beberapa tahapan perkembangan emosional. Pengalaman traumatik dan
deprivasi dapat berpengaruh terhadap munculnya gangguan kepribadian.
4. Kualitas hubungan emosional anak
dengan keluarga dan orang lain yang signifikan dalam kehidupannya merupakan
faktor yang sangat krusial.
5. Kecemasan akibat tidak terpenuhinya
kebutuhan dan konflik-konflik dalam diri anak merupakan faktor penentu penting
terhadap munculnya gangguan tingkah laku.
C.
Tujuan Konseling
Untuk
mengurangi simptom psikopatologi dengan memunculkan pikiran dan
perasaan-perasaan yang tertekan atau depresi ke dalam alam kesadarannya. Dengan
kata lain membentuk kembali struktur kepribadian klien dengan menggali kembali
hal-hal yang terpendam dalam alam ketidaksadarannya sehingga menjadi bagian
dari alam kesadarannya. Agar berhasil, penting untuk melibatkan emosi sebagai
bagian dari proses terapi serta menjadikan pemahamnnya sebagai bagian dari
upaya meningkatkan kesadaran dirinya dengan mengkoreksi terhadap
pengalaman-pengalamn emosionalnya.
Sumber
konflik adalah materi-materi yang yang tertakan pada alam ketidaksadaran,
terutama yang terjadi pada awal kehidupannya. Untuk itu ,terapis harus dapat
membantu dan memotivasi klien agar mampu mengahayati dan mengekspresikan
pengalaman-pengalaman masa lampaunya secara terrbuka, untuk selanjutnya ditata,
didiskusikan, dianalisa, dan ditafsirkan dengan tujuan utama untuk
merekonstruksikan kepribadiannya.
D.
Fungsi dan Terapis
Fungsi
utama terapis adalah memberikan kemudahan kepada klien untuk memantulkan
perasaan-perasaannya yang tertekan serta menafsirkan dan menganalisanya.
Terutama terhadap bentuk-bentuk resistensi yang dihadapinya, yaitu suatu
keadaan dimana anak berusaha untuk melindungi, menolak, mengingkari, atau
mempertahankan diri dari suatu perasaan, trauma, atau interpretasi yang tidak
mengenakkan dari terapis.
Agar
fungsi berjalan dengan baik, penting bagi terapis untuk sejak awal mendorong
klien agar dapat menyatakan dirinya secara bebas, sehingga secara
berangsur-angsur klien dapat menemukan faktor-faktor penentu yang tidak
disadari dari perilakunya pada masa kini. Disamping itu terapis hendaknya bersikap
anonim (tidak dikenal) serta berupaya untuk sedikit menunjukkan perasaan dan
pengalamannya.
E.
Proses dan Teknik Terapi
Sekalipun dalam psikoanalisa terapis hendaknya bersikap
anonim, namun dalam prosesnya sejak awal terapis harus dapat membina hubungan
baik dengan klien. Terapis juga harus mendorong klien agar mampu menyatakan
dirinya secara bebas, membantu apabila klien melakukan penolakan (resistensi),
menyambut baik pernyataan pengalihan (tranferensi), serta berusaha untuk
membimbing klien ke arah kesadaran penuh dan ke arah intergritas sosial secara
memuaskan.
Lima
teknik dasar dalam terapi psikoanalisa :
1.
Asosiasi bebas
Secara mendasar, tujuan teknik ini
adalah untuk mengungkapkan pengalaman masa lalu dan menghentikan emosi-emosi
yang berhubungan dengan pengalaman traumatik masa lampau.
Teknik asosiasi bebas ini dilakukan
dengan klien berbaring di dipan dan terapis duduk di kursi sejajar dengan
kepala klien, sehingga klien tidak melihat terapis. Dengan demikian, klien
dapat mengungkapkan atau menyalurkan materi-materi yang ada dalam
ketidaksadarannya secara bebas, terbuka, tidak menutup-nutupi tanpa harus malu,
meskipun materi tesebut menyakitkan, tidak logis, atau tidak relevan.
Terapis harus mampu menjadi
pendengar yang baik serta mendorong klien agar mampu mengungkapkan secara
spontan setiap ingatan yang terlintas dalam pikirannya, pengalaman traumatik,
mimpi, penolakan, dan pengalihan perasaannya.
2.
Interpretasi atau penafsiran
Adalah teknik yang digunakan oleh
terapis untuk menganalisis asosiasi bebas, mimpi, resistensi, dan transferensi
perasaan klien dengan tujuan utama untuk menemukan materi yang tidak disadari.
Dengan demikian ego klien dapat mencerna materi tersebut melalui pemahaman baru
dengan penuh kesadaran.
Dalam memberikan penafsiran, terapis
harus hati-hati serta dapat memilih waktu dan kata-kata yang tepat agar klien
tidak justru menjadi menutup diri atau mengembangkan pertahanan dirinya.
3.
Analisis Mimpi
Setiap mimpi memiliki isi yang bersifat manifes atau
disadari dan juga bersifat laten (tersembunyi). Isi yang brsifat manifes adalah
mimpi sebagai tampak pada diri orang yang mimpi, sedangkan isi yang bersifat
laten terdiri dari motif-motif tersamar dari mimpi tersebut. Tujuan analisis
mimpi adalah untuk mencari isi yang laten atau sesuatu yang ada dibalik isi
yang manifes, untuk menemukan sumber-sumber konflik terdesak. Analisis mimpi
hendaknya difokuskan kepada mimpi-mimpi yang sifatnya berulang-ulang, menakutkan,
dan sudah pada taraf mengganggu.
4.
Analisis Resistensi
Resistensi merupakan suatu dinamika yang tidak disadari
untuk mempertahankan kecemasan. Resistensi atau penolakan adalah keengganan
klien untuk mengungkapkan materi ketidaksadaran yang mengancam dirinya, yang
berarti ada perthanan diri terhadap kecemasan yang dialaminya. Apabila hal ini
terjadi, maka sebenarnya merupakan kewajaran. Namun, yang penting bagi terapis
adalah bagaimana pertahanan diri tersebut dapat diterobos sehingga dapat
teramati, untuk selanjutnya dianalisis dan ditafsirkan, sehingga klien
menyadari alasan timbulnya resistensi tersebut.
5.
Analisis Transferensi
Transferesnsi atau pengalihan adalah pergeseran arah yang
tidak disadari kepada terapis dari orang-orang tertentu dalam masa silam klien.
Pengalihan ini terkait dengan perasaan, sikap, dan khayalan klien, baik positif
maupun negatif yang tidak terselesaikan pada masa silamnya.
Teknik analisis transferensi dilakukan dengan mengusahakan
klien mampu mengembangkan transferensinya guna mengungkap kecemasan-kecemasan
yang dialami pada masa kanak-kanaknya. Apabila transferensi ini tidak ditangani
dengan baik, maka klien dapat menjadi bersikap menolak terhadap perlakuan
terapis dan proses terapi dapat dirasakan sebagai suatu hukuman.
F.
Kelebihan
Dan Kekurangan Terapi Psikoanalisis
Kelebihan
· Terapi ini memiliki dasar teori yang
kuat.
·
Dengan
terapi ini terapis bisa lebih mengetahui masalah pada diri klien, karena
prosesnya dimulai dari mencari tahu pengalaman-pengalaman masa lalu pada diri
klien.
· Terapi ini bisa membuat klien
mengetahui masalah apa yang selama ini tidak disadarinya.
Kekurangan
·
Waktu
yang dibutuhkan dalam terapi terlalu panjang
·
Memakan
banyak biaya bagi klien
·
Karena
waktunya lama, bisa membuat klien menjadi jenuh
·
Diperlukan
terapis yang benar-benar terlatih untuk melakukan terapi
Sumber :
Kuntjojo. Profesionalisasi
Bimbingan dan Konseling.
Sunardi, Permanarian dan M. Assjari.
(2008). Teori Konseling. Bandung: PLB FIP UPI.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar