Nama : Rima Alifia Rahmi
Nim : I1C110018
“Play Therapy”
A.
Definisi
Play Therapy
Terapi permainan
adalah penggunaan media permainan (alat dan cara bermain) dalam pembelajaran pada
anak berkebutuhan khusus yang bertujuan untuk mengurangi atau menghilangkan gangguan-gangguan
atau penyimpangan-penyimpangan. Seperti gangguan dan penyimpanga pada fisik,
mental, sosial, sensorik, dan komunikasi (Indriyani, 2011).
Play
therapy adalah sebuah proses terapeutik yang menggunakan
permainan sebagai media terapi agar mudah melihat ekspresi alami seorang anak
yang tidak bisa diungkapkannya dalam bahasa verbal karena permainan merupakan
pintu masuk kedalam dunia anak-anak (Hatiningsih, 2013)
B.
Tujuan
Play Therapy
Tujuan
terapi bermain adalah mengubah tingkah laku anak yang tidak sesuai menjadi
tingkah laku yang diharapkan. Dengan terapi, anak mampu diubah perilakunya
melalui cara yang menyenangkan.
C.
Kategori
Bermain Secara Umum:
a. Bermain aktif
Yaitu
anak banyak menggunakan energi inisiatif dari anak sendiri.
Contoh : bermain sepak bola.
Contoh : bermain sepak bola.
b. Bermain pasif
Energi
yang dikeluarkan sedikit,anak tidak perlu melakukan aktivitas (hanya melihat)
Contoh : memberikan support.
Contoh : memberikan support.
Ciri-ciri Bermain :
1) Selalu bermain dengan sesuatu atau
benda
2) Selalu ada timbal balik interaksi
3) Selalu dinamis
4) Ada aturan tertentu
5) Menuntut ruangan tertentu
D. Klasifikasi bermain menurut isi :
1.
Social
affective play
Anak belajar memberi respon terhadap
respon yang diberikan oleh lingkungan dalam bentuk permainan,misalnya orang tua
berbicara memanjakan anak tertawa senang,dengan bermain anak diharapkan dapat
bersosialisasi dengan lingkungan.
2.
Sense
of pleasure play
Anak memproleh kesenangan dari satu
obyek yang ada disekitarnya,dengan bermain dapat merangsang perabaan
alat,misalnya bermain air atau pasir.
3.
Skill
play
Memberikan kesempatan bagi anak
untuk memperoleh ketrampilan tertentu dan anak akan melakukan secara
berulang-ulang misalnya mengendarai sepeda
4.
Dramatika play role play
Anak berfantasi menjalankan peran
tertentu misalnya menjadi ayah atau ibu
E.
Klasifikasi
Bermain menurut sosial :
1.
Solitary
play
Jenis permainan dimana anak bermain
sendiri walaupun ada beberapa orang lain yang bermain disekitarnya. Biasa
dilakukan oleh anak balita Todler.
2.
Paralel play
Permainan sejenis dilakukan oleh
suatu kelompok anak masing-masing mempunyai mainan yang sama tetapi yang satu
dengan yang lainnya tidak ada interaksi dan tidak saling tergantung, biasanya
dilakukan oleh anak preischool. Contoh : bermain balok
3.
Asosiatif
play Permainan dimana anak bermain dalam keluarga dengan aktifitas yangsma
tetapi belum terorganisasi dengan baik,belum ada pembagian tugas,anak bermain
sesukanya.
4.
Kooperatif
play
Anak bermain bersama dengan sejenisnya permainan yang
terorganisasi dan terencana dan ada aturan tertentu. Bissanya dilakukanoleh
anak usia sekolah Adolesen
F.
Peranan
Play Therapy dalam Psikoterapi (Indriyani,
2011)
1. Terapi
bermain sebagai sarana pencegahan pra bencana. Dengan terapi bermain anak-anak
dibantu untuk meimajinasikan peristiwa bencana, dan dilatih untuk bisa siap siaga
dengan simulasi longsor yang diberikan lewat permainan.
2. Terapi
bermain sebagai sarana penyembuhan. Dalam hal ini terapi permainan dapat
mengembalikan fungsi fisik, psiko-terapi, fungsi sosial, melatih komunikasi,
khususnya pasca bencana longsor. Karena sudah banyak terbukti terapi bermain
adalah terapi yang berhasil menangani kondisi trauma anak-anak setelah bencana.
Seperti saat bencana di mentawai dan merapi.
3. Terapi
bermain sebagai sarana penyesuaian diri. Aktivitas permainan yang dilakukan
secara berkelompok dapat membantu anak yang berkelainan untuk lebih mudah
mengenal lingkungannya.
4. Terapi
bermain sebagai sarana untuk mempertajam pengindraan. Misalnya permainan warna
membantu anak yang berkelainan pada mata. Permainan yang menantang kordinasi
tangan dan mata, akan membantu anak yang perhatiannya kurang, dll.
5. Terapi
bermain sebagai sarana untuk mengembangkan kepribadian. Khususnya untuk anak
dengan perilaku menyimpang. Kepribadian yang kurang matang, menyebabkan anak
berperilaku non asertif, arogan dan impulsive, dengan terapi bermain, perilaku
tersebut diubah menjadi perilaku yang asertif.
G.
Penerapan
play therapy dalam psikoterapi
Play
therapy digunakanuntuk diagnosis, kesenangan, aliansi,
terapi, ekspresi diri, peningkatan ego, kognitif dan sosialisasi. Dalam hal ini
kognitif yang dimaksud adalah menjelaskan tentang keterampilan, seperti
konsentrasi, memori, mengantisipasi konsekuensi dari perilaku seseorang, dan
pemecahan masalah secara kreatif yang dapat di kembangkan melalui play therapy
(Reid dan Schafer dalam Hatiningsih, 2013)
H.
Langkah-langkah
Play Therapy (Indriyani, 2011)
1. Langkah
awal
a. Membangun
kepercayaan melalui aktive listening and reading situation
(mendengar-kan secara aktif dan membaca keadaan anak) dan unconditional
acceptance (penerimaan tanpa syarat), mencoba memberikan bantuan pada anak
dan berkomunikasi penuh kesabaran dengan anak. Untuk itu, menurut Kottman
(2005) orang yang memberikan terapi harus berusaha masuk secara total dalam
dunia anak, sehingga anak betul-betul merasa aman dan menganggapnya sebagai
sahabat. Langkah ini bisa dilakukan oleh konselor dengan menyediakan berbagai
permainan yang digemari anak.
b. Mengidentifikasi
karakteristik anak berkebutuhan khusus yang akan diberi terapi
c. Menentukan
permainan yang sesuai dengan karakteristik anak dan menyiapkan alat-alat
permainan yang akan diberikan.
d. Menentukan
target behavior atau tujuan yang ingin dicapai dalam terapi. Sebaiknya
membelajarkan pembelajaran mitigasi bencana secara perlahan, terstruktur dan
berkesainambungan. Bagilah target behavior dalam beberapa sesi.
e. Membuat
jadwal dan menentukan tempat terapi bersama-sama dengan anak. Tentunya yang
sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik anak.
2. Langkah
pertengahan
a. Memulai
terapi
b. Memberikan
informasi kepada ABK mengenai tujuan dari terapi bermain yang akan diberikan
c. Mengeksplorasi
dan mengobservasi cara anak bermain, sehingga dengan cara ini konselor juga
dapat membantu anak untuk mengembangkan kreativitasnya secara luas, seperti
kemampuan bahasa, seni, gerak, drama dan dapat mengembangkan kemampuan emosi
anak dalam menjalin hubungan dengan alam sekitarnya.
3. Langkah
akhir
Langkah akhir adalah suatu langkah dimana
seorang terapis mengakhiri proses terapi yang dia berikan;
a. Beri
kesempatan anak untuk menyimpulkan apa yang dia dapatkan dari permainan yang
dilakukan.
b. Terapi
bisa diakhiri jika pada diri anak telah menunjukkan kemajuan dalam berbagai
bentuk perilaku positif, khususnya tujuan dari diberikannya terapi bermain ini
dan berikan penegasan terhadap apa yang anak kemukan dengan benar tentang
tujuan terapi permainan ini.
4. Kelebihan Metode Bermain
a. Merangsang
perkembangan motorik anak, karena dalam bermain membutuhkan gerakan-gerakan
b. Merangsang
perkembangan berfikir anak, karena dalam bermain membutuhkan pemecahan masalah
bagaimana melakukan permainan itu dengan baik dan benar
c. Melatih
kemandirian anak dalam melakukan sesuatu secara mandiri tidak menggantungkan
diri pada orang lain.
d. Melatih
kedisiplinan anak, karena dalam permainan ada aturan-aturan yang harus ditaati
dan dilaksanakan.
e.
Anak lebih semangat dalam belajar,
karena naluri anak usia dini belajar adalah bermain yang didalamnya mengandung
pelajaran.
5.
Kekurangan
Metode Bermain
a.
Membutuhkan biaya yang lebih, karena
dalam metode bermain membutuhkan alat atau media yang harus dipersiapkan
terlebih dahulu
b.
Membutuhkan ruang atau tempat yang
khusus sesuai dengan tipe permainan yang dilakukan
Daftar
Pustaka
Hatiningsih,
Nuligar. 2013. Play Therapy untuk Meningkatkan Konsentrasi pada Anak Attention
Deficit Hyperactive Disorder (ADHD). Jurnal
Ilmiah Psikologi Terapan Vol. 01 No. 2, Agustus 2013 Hal 324-342 ISSN:
2301-8267
Indriyani,
Iin. 2011. Play Therapy: Pembelajaran Mitigasi Bencana Tanah Longsor untuk ABK.
Bulletin Vulkanologi dan Bencana Geologi
Volume 6 Nomor 3 Desember 2011: 7-15
Tidak ada komentar:
Posting Komentar