Senin, 24 Maret 2014

Do you know abou autism???


Heyy my blog..
Let me to share u all about autism..
Walaupun info ini aku dapet dari buku2 ama dari internet, but semoga bermanfaat yaa..
^_^

 
AUTISM

Banyak orangtua yang jadi ketakutan anaknya terlahir autis. Istilah autism diperkenalkan pertama kali pada tahun 1943 oleh Dr. leo Kanner, seorang psikiater anak dari Universitas Johns Hopkins. Autism menurut Kanner (1943 dalam paper-nya Autistic Disturbance of Affective Contact) menyatakan bahwa pada sekelompok anak yang ditelitinya terlihat adanya suatu gangguan mendasar di mana anak-anak tersebut sejak awal kehidupan tidak mampu melakukan interaksi sosial terhadap orang lain atau situasi tertentu seperti halnya anak yang normal (Neale, 1996). Selain itu, ditemukan pula adanya kegagalan dalam membangun kemampuan berkomunikasi atau (terjadinya) keterbatasan dalam berbahasa. Gejala lainnya adalah terjadinya penolakan pada perubahan yaitu munculnya keinginan yang kuat untuk mempertahankan lingkungan sekitar tetap sama. Anak juga menunjukkan perilaku preokupasi pada aktivitas steretip yang berulang. Ciri-ciri tersebut oleh Kanner dikelompokkan sebagai gejala-gejala utama autism (dalam Wenar, 1994). Ciri anak autis sesungguhnya dapat dideteksi dari bayi lahir sehingga anak berumur lima tahunan. Deteksi dini dapat mengurangi beban mental dan mempercepat penanganan ataupun penyembuhan anak autis. Kejadian Autis terjadi pada 1 dari 700 anak dan banyak terjadi pada laki-laki. Gejala autis umumnya telah dapat tampak sejak umur 18 bulan sehingga 3 tahun. Anak autis mempunyai perubahan otak yang tak biasa dan menghasilkan sikap introvert (tertutup), tidak ingin berinteraksi dengan lingkungan dan barangkali menjengkelkan untuk sebagian orangtua sebab sikapnya yang seakan-akan tak patuh.
Bila anak anda didiagnosa autis, janganlah lekas jadi bersalah dengan menyalahkan diri sebab tak melindungi kandungan dengan baik mulai kehamilan. Butuh diingat, lahirnya anak autis bukan hanya kekeliruan ibunya. Lagian hingga kini penyebab anak autis tetap belum bisa dipastikan secara ilmiah. Sebaliknya, upayakan terus limpahkan cinta dan kasih sayang laiknya pada anak normal. Anak autis hanya anak yang mempunyai kondisi otak berlainan dengan anak normal. Sadari pula yaitu anak autis merupakan anak khusus sebab mempunyai kekuatan yang berlainan dengan anak biasanya, oleh sebab itu penanganannya pun mesti spesial. Konsultasi dengan teratur dengan pakar dan bila memungkinkan, masukkan anak ke sekolah khusus. Namun bila kondisinya tetap masih terkendali dan tak sangat berat, cukup beritahukan pada gurunya yaitu ia perlu perhatian spesial. Butuh diketahui pula, penderita autis dapat disembuhkan asal rajin dan telaten mengawasi anak tersebut.

KARAKTERISTIK ANAK AUTISM
            Gangguan autism ditandai dengan anya keterlambatan perkembangan, baik dalam bidang komunikasi, perkembangan motorik yang tidak seimbang, maupun dalam interaksi sosial. Namun tidak semua anak yang memperlihatkan keterlambatan perkembangan diusianya yang dini akan didiagnosis sebagai penyandang autism. Bisa saja anak yang menunjukkan pertumbuhan dan perkembangan yang lebih lambat dibandingkan anak seusianya pada awalnya, namun kemudian ia akan dapat mengejar ketertinggalan tersebut dan tumbuh selayaknya anak normal lainnya.
            Saat ini para ahli di seluruh dunia melakukan diagnosis autism berdasarkan kriteria autistic disorder yang tercantum dalam DSM-IV TR 2000 (Diagnostic and Statistical Manual) yang dikeluarkan oleh The American Psychiatric Association (APA). Kriteria yang digunakan adalah kriteria klinis. Jadi yang dilihat adalah tampilan perilaku anak yang bersangkutan. DSM IV ini memuat 3 bidang impairment (kerusakan/kesulitan) utama yang ada pada anak autism yaitu impairment dalam interaksi sosial, impairment dalam komunikasi, serta munculnya pola tertentu yang dipertahankan dan diulang-ulang (stereotyped & repetitive) dalam hal perilaku, minat dan kegiatan. Ke-3 bidangimpairment ini dijabarkan dalam 12 kriteria. Seorang penyandang autism disyaratkan memiliki minimal 6 gejala/perilaku yang menjadi ciri-ciri autism.
            Impairment dalam bidang interaksi sosial antara lain ditunjukkan dengan ketidakmampuan anak untuk menjali interaksi sosial yang cukup memadai atau adanya kegagalan dalam mempergunakan berbagai perilaku nonverbal dalam membangun hubungan.
       Selain itu karakteristik impairment bidang interaksi sosial ini juga ditunjukkan oleh ketidakmampuan anak untuk membangun atau membina hubungan dengan teman sebaya yang sesuai dengan perkembangan usianya.
          Impairment dalam bidang komunikasi ditunjukkan dengan adanya keterlambatan dalam perkembangan bicara, atau kemampuan bicara yang sama sekali tidak berkembang,
               Impairment dalam hal kelakuan pola tingkah laku, minat dan aktivitas tampak pada kegiatan yang bersifat ritual-spesifik yang dilakukan anak.
      1.   Perkembangan terlambat
      2.   Lebih tertarik pada benda dibandingkan manusia
      3.   Tak mau dipeluk
      4.   Kelainan sensoris
      5.   Menunjukkan adanya suatu pola tertentu yang dipertahankan dan diulang-ulang (Stereotyped dan Repetitive) dalam hal perilaku, minat dan kegiatan
            Aarons & Gitten (1994) menambahkan bahwa penderita autism umumnya memiliki penampilan fisik yang normal. Tingkat intelegensinya berada pada suatu spectrum. Pada suatu tes intelegensinya ditemukan bahwa 1/3 dari mereka memiliki skor di bawah rata-rata, akan tetapi ada pula anak autis yang memiliki intelegensi normal, bahkan baik (Cohen & Bolton, 1994).

PENANGANAN
            Penanganan anak autism ditujukan untuk ‘mengejar keterlambatan perkembangan yang dialaminya, agar sesuai dengan perkembangan anak-anak lain seusianya. Usia balita merupakan saat paling tepat memberikan penanganan pada kasus anak austism karena masa balita adalah masa awal untuk mempelajari sesuatu. Dengan intervensi diri secara intensif dan optimal, diharapkan anak bisa memperoleh manfaat terbesar dari penanganan yang dilakukan. Penanganan anak autism biasanya berbentuk terapi. Selain itu, anak-anak di bawah usia 3 tahun masih memiliki otak yang bersifat plastis. Sel-sel otak berkembang sedemikian pesat sehingga ketika ada gangguan pada salah satu bagian otak diharapkan masih dapat tergantikan dengan sel-sel baru. Walaupun masih terus diteliti masih dapat diyakini bahwa anak menyandang autism  memiliki gangguan pada bagian otaknya. Disinilah terapi berperan sebagai stimulasi bagi perkembangan fungsi sel-sel otak tersebut.

MACAM-MACAM TERAPI BAGI ANAK AUTISM
Ada lebih dari satu cara melakukan terapi autis, seperti yang ada dibawah ini :
1.      Terapi wicara
Nyaris semua anak dengan autisme punya kesusahan berbicara dan juga berbahasa. Umumnya perihal inilah yang sangat kentara, banyak pula individu autis yang bersifat non-verbal atau bicaranya kurang sekali. Terkadang bicaranya cukup berkembang, namun mereka tak dapat memakai bicaranya untuk berkomunikasi/berinteraksi dengan pihak lain.
2.      Terapi fisik
Salah satu penyebab autis yakni gangguan perubahan pervasif. Banyak di antara anak autis punya gangguan perubahan didalam motorik kasarnya. Terkadang tonus ototnya lembek hingga fungsinya kurang begitu kuat. Keseimbangan tubuhnya tidak bagus. Fisioterapi dan terapi integrasi sensoris dapat membantu buat memperkuat otot-ototnya dan melakukan perbaikan keseimbangan tubuhnya.
3.      Terapi sosial
Kekurangan yang sangat mendasar untuk anak autis adalah komunikasi juga dalam interaksi. Banyak anak-anak ini memerlukan pertolongan didalam ketrampilan komunikasi 2 arah, membuat rekan dan main bareng ditempat bermain. Seorang terapis sosial dapat memberikan sarana pada anak autis untuk berinteraksi dengan teman-teman sebaya dengan mengajari cara-caranya.
4.      Terapi bermain
Walau terdengar janggal, faktnya seorang anak autis memerlukan pertolongan didalam aktifitas bermain. Bermain dengan rekan sebaya bermanfaat untuk latihan komunikasi verbal dan juga latihan interaksi sosial. Seorang terapis dapat menolong anak autis dengan segala teknik spesifik yang memungkinkan.
5.      Terapi perilaku
Anak autis kerap kali jadi frustrasi. Teman-teman sebayanya kerapkali tak mengerti mereka, jadi sukar mengekspresikan kebutuhannya, banyak yang hipersensitif terhadap cahaya, suara juga dengan sentuhan. Tidak heran bila anak autis seringkali mengamuk. Seorang terapis harus mampu melacak latar belakang dari perilaku negatif tersebut dan melacak solusinya dengan merekomendasikan perubahan lingkungan sehingga anak autis akan memperbaiki perilakunya.
6.      Metode Lovaas atau Applied Behavioral Analysis (ABA)
Applied Behavioral Analysis (ABA) adalah salah satu metode modifikasi tingkah laku (behavior modification), yang digunakan untuk menangani anak-anak penyandang autism. Metode Lovaas memiliki sejumlah keunggulan dibandingkan dengan metode lainnya. Kelebihan lainnya, metode ini sistematis, terstruktur, dan terukur.
7.      Sensory Integration Therapy (terapi SI)
Terapi SI mendasarkan diri pada peningkatan kemampuan integritas sensoris. Kemampuan integrasi sensoris adalah kemampuan untuk  memproses impuls yang diterima dari berbagai indera secara stimulant. Sebaliknya pada anak autism yang terlalu sensitif terhadap suatu stimulus spesifik, mereka akan menjadi sangat marah atau gelisah ketika mendengar suara melengking atau suara microwave yang umumnya tidak terdengar oleh orang-orang non-autistik. Untuk kasus anak autism yang cenderung tidak peka terhadap stimulus sensorinya, terapi ini bisa dimanfaatkan karena bertujuan meningkatkan kesadaran sensoris (sensory awareness) dan kemampuan berespon terhadap stimulus sensoris tersebut.
Pelaksanaan terapi ini bisa dimanfaatkan berbagai stimulus yang bervariasi. Antara lain ayunan, bolam trampoline, sikat dan baju yang lembut, parfum, lampu-lampu berwarna, pemijatan (massage), dan barang-barang dengan tekstur bervariasi. Beberapa laporan tentang keberhasilan terapi ini menunjukkan bahwa perilaku stereotype dan kecenderungan menyakiti diri dapat dikontrol atau dikurangi. Ini dikarenakan anak sudah bisa membedakan stiulus keras pendapat yang menyatakan bahwa terapi ini juga berhasil menekan stress dan kecemasan pada penyandang autism.

PENANGANAN ANAK AUTISM OLEH GURU
            Pada umumnya anak autism memiliki IQ pada rentang batas normal. Sehingga banyak anak autism yang pada akhirnya ditransfer ke sekolah umum. Kemampuan membaca, matematika, maupun akademis secara umum tidak tertinggal dari teman-teman sekelasnya. Yang menjadi masalah selanjutnya adalah masalah komunikasi dan sosialisasi. Anak autism sering dilaporkan tidak memiliki teman di sekolah karena mereka lebih tertarik pada benda dibandingkan manusia. Keluhan lain yang biasa muncul adalah masalah perilaku, di mana anak autism sering kali tidak dapat mengendalikan emosinya. Perilaku agresif sering ditunjukannya yang membuat mereka menjadi memiliki masalah dengan teman-temannya.
            Ada beberapa hal yang dapat Anda lakukan selaku guru, bila di kelas Anda terdapat 1 atau 2 orang anak autism.
Belajar Menyelami Emosi Anak Autism
Anak autism banyak menunjukkan emosi negatif, misalnya suka berteriak-teriak, tiba-tiba memukul orang lain atau menyakiti diri sendiri. Oleh sebab itu sering kali anak autism dikatakan sebagai sosok yang nakal, hiperaktif, susah diatur dan tidak mempunyai rasa sayang terhadap orang lain.
2.      Harus Terus Memberi Stimulasi
            a.   Jangan biarkan anak tenggelam dalam dunianya sendiri
            b.   Macam-macam pemberian stimulasi
      3.   Melatih Insting Sosial
      4.   Mengembang Potensi Anak

Tidak ada komentar:

Posting Komentar