Kamis, 13 Maret 2014

Psikoterapi "Analisis Transaksional"

Pendekatan Analisis Transaksional

A.    Pengertian
Analisis Transaksional (AT) adalah salah satu pendekatan Psychotherapy yang menekankan pada hubungan interaksional. Transaksional maksudnya ialah hubungan komunikasi antara seseorang dengan orang lain. Adapun hal yang dianalisis yaitu meliputi bagaimana bentuk cara dan isi dari komunikasi mereka. Dari hasil analisis dapat ditarik kesimpulan apakah transaksi yang terjadi berlangsung secara tepat, benar dan wajar. Bentuk, cara dan isi komunikasi dapat menggambarkan apakah seseorang tersebut sedang mengalami masalah atau tidak.
AT dikembangkan oleh Eric Berne tahun 1960 yang ditulisnya dalam buku Games People Play. Analisis Transaksional (AT) dapat digunakan dalam konseling individual, tetapi lebih cocok digunakan dalam konseling kelompok. Analisis Transaksional melibatkan suatu kontrak yang dibuat oleh klien, yang dengan jelas menyatakan tujuan-tujuan dan arah proses konseling. Pendekatan ini menekankan pada aspek perjanjian dan keputusan. Melalui perjanjian ini tujuan dan arah proses terapi dikembangkan sendiri oleh klien, juga dalam proses terapi ini menekankan pentingnya keputusan-keputusan yang diambil oleh klien. Maka proses terapi mengutamakan kemampuan klien untuk membuat keputusan sendiri, dan keputusan baru, guna kemajuan hidupnya sendiri.

B.     Hakikat Manusia Menurut Pandangan Analisis Transaksional
Pandangan analisis transaksional tentang hakekat manusia ialah :
a.       Pada dasarnya manusia mempunyai keinginan atau dorongan – dorongan untuk memperoleh sentuhan atau “stroke”.
b.      Kehidupan manusia bukanlah merupakan sesuatu yang telah ditentukan (anti deterministik)
c.       Manusia mampu memahami keputusan-keputusannya pada masa lalu & kemudian dapat memilih untuk memutuskan kembali atau menyesuaikan kembali keputusan yang pernah diambil
d.      Manusia mempunyai kebebasan untuk memilih & dalam tingkat kesadaran tertentu indivu dapat menjadi mandiri dalam menghadapi persoalan hidupnya
e.       Hekekat manusia selalu ditempatkan dalam interaksi sebagai dasar pertumbuhan dirinya.
f.       Manusia dapat ditingkatkan, dikembangkan dan diubah secara langsung melalui proses yang aman, menggairahkan dan bahkan menyenangkan.

C.    PERKEMBANGAN PERILAKU
Struktur kepribadian
Adapun struktur kepribadian itu terdiri dari 3 status ego yaitu ; ego orang tua, ego dewasa dan ego anak.
1.      Status Ego orang tua. (ego state parent)
Yaitu bagian dari kepribadian yg menunjukkan sifat-sifat orang tua, berisi perintah (harus & semestinya). Jika individu merasa dan bertingkah laku sebagaimana orang tuanya dahulu, maka dapat dikatakan bahwa individu tersebut dalam status ego orang tua. Status ego orang tua merupakan suatu kumpulan perasaan, sikap, pola-pola tingkah laku yang mirip dengan bagaimana orang tua individu merasa dan bertingkah laku terhadap dirinya.
2.      Status Ego dewasa (Ego state adult)
Yaitu bagian dari kepribadian yg objektif, stabil, tidak emosional, rasional, logis, tidak menghakimi, berkerja dengan fakta dan kenyataan-kenyataan, selalu berusaha untuk menggunakan informasi yang tersedia untuk menghasilkan pemecahan yang terbaik dalam pemecahan berbagai masalah. Dalam status orang dewasa selalu akan berisi hal-hal yang produktif, objektif, tegas, dan efektif dan bertanggung jawab dalam menghadapi kehidupan. Jika individu bertingkah laku sesuai dengan yang telah disebutkan tadi, maka individu tersebut dikatakan dalam status ego dewasa..
3.      Status ego anak (ego state child)
Yaitu bagian dari kepribadian yang menunjukkan ketidakstabilan, reaktif, humor, kreatif, serta inisiatif, masih dalam perkembangan, berubah-ubah, ingin tahu dan sebaginya. Status ego anak berisi perasaan, tingkah laku dan bagaimana berpikir ketika masih kanak-kanak dan berkembang bersama dengan pengalaman semasa kanak-kanak.

Sikap dasar manusia
a.      Posisi pertama     : I’m Not OK – You’re OK
Posisi ini menunjukkan bahwa pada diri seseorang merasakan bahwa ia lebih rendah dari orang lain. Posisi ini adalah sikap umum yang yang pertama dimiliki oleh anak pada masa awal kanak-kanak.
b.      Posisi kedua        : I’m Not OK – You’re Not OK
Yaitu sikap dasar yang memandang jelek baik atas dirinya maupun kepada orang lain. Kondisi seperti ini menandakan seseorang bermasalah atau depresi.Keadaan ini lebih parah dan berbahaya dari posisi pertama
c.       Posisi ketiga         : I’m OK – You’re Not OK
Yaitu sikap yang memandang jelek terhadap orang lain.Posisi hidup ini menunujukkan adanya kecenderungan pada diri seseorag untuk menuntut seseorang, menyalahkan seseorang, mengkambinghitamkan orang lain, menuduh orang lain.
d.      Posisi keempat    : I’m OK – You’re OK
Posisi ini adalah posisi hidup yang baik atau kepribadian yang sehat dan menunjukkan adanya suatu keseimbangan pada diri seseorang. Posisi ini menunjukkan adanya pengakuan akan orang lain yang memiliki hak yang sama dengan dirinya.

D.    Tujuan Konseling Analisis Transaksional
Menurut Eric Berne 1966 (Dewa Ketut Sukardi 1984:223), mengemukakan empat tujuan yang ingin dicapai dalam konseling  analisis transaksional, yaitu:
a.       Konselor membantu klien yang mengalami kontaminasi status ego yang berlebihan.
b.      Konselor membantu mengembangkan kapasitas diri klien dalam menggunakan semua status egonya yang cocok, mencakup memperoleh kebebasan dan kemampuan yang dapat ditembus diantara status egonya.
c.       Konselor berusaha membantu klien dalam mengembangkan seluruh status ego dewasanya. Pengembangan ini pada hakikatnya adalah menetapkan pikiran dan penalaran individu, untuk itu individu membutuhkan kemampuan serta kapasitas yang optimal dalam mengatur hidupnya sendiri.
d.      Konselor membantu klien dalam membebaskan dirinya dari posisi hidup yang kurang cocok serta menggantinya dengan rencana hidup yang baru yang lebih produktif.

E.     Sikap, Peran dan Tugas Konselor
Konselor  dalam AT berperan sebagai guru, pelatih, narasumber dan sebagai fasilitator yang bersikap terbuka, tanggung jawab, hangat, perhatian dan tulus.
a.       Sebagai guru, konselor menerangkan konsep-konsep seperti analisis struktural, analisis transaksional analisis skenario, dan analisis permainan.
b.      Sebagai pelatih, konselor mendorong dan mengajari agar klien mempercayai ego dewasanya sendiri, membantu klien agar terampil melaksanakan hubungan antar pribadi dengan menggunakan status ego yang tepat.
c.       Sebagai nara sumber, Konselor Membantu klien dalam hal menemukan kondisi masa lalu yg tdk menguntungkan.
d.      Sebagai fasilitator, Konselor menolong klien mendapatkan perangkat yg diperlukan, menyediakan lingkungan yang menunjang untuk mencapai perubahan klien atau keseimbangan ego state klien.

F.     Sikap, Peran dan Tugas Klien
a.       Klien mampu dan bersedia memahami dan menerima kontrak konseling
b.      Klien harus aktif dalam proses konseling
c.       Klien memperlihatkan kesediaan untuk berubah dg benar-benar berbuat.

G.    Situasi Hubungan antara Konselor dan Klien dalam Analisis Transaksional
Ada beberapa implikasi yang menyangkut hubungan konselor dan klien, yaitu:
a.       Tidak ada jurang pengertian yang tidak bisa dijembatani di antara konselor dan klien. Konselor dan klien berbagi kata-kata dan konsep-konsep yang sama, dan keduanya memiliki pemahaman yang sama tentang situasi yang dihadapi.
b.      Klien memiliki hak-hak yang sama dan penuh  dalam konseling. Berarti klien tidak bisa dipaksa untuk menyingkapkan hal-hal yang tidak ingin diungkapkannya.
c.       Kontrak memperkecil perbedaan status dan menekankan persamaan di antara konselor dan klien.

H.    Tahap – tahap Konseling
Menurut Harris, proses konseling AT ada beberapa tahapan, al:
a.       Pada bagian pendahuluan digunakan untuk menentukan kontrak dengan klien, baik mengenai masalah maupun tanggung jawab kedua pihak.
b.      Pada bagian kedua baru mengajarkan Klien tentang ego statenya dengan diskusi bersama Klien ( Shertzer & Stone, 1980 : 209).
c.       Kemudian membuat kontrak yang dilakukan oleh klien sendiri, yang berisikan tentang apa yang akan dilakukan oleh klien, bagaimana klien akan melangkah kearah tujuan yang telah ditetapkan, dan klien tahu kapan kontraknya akan habis. Kontrak bagi Dusay (Cosini, 1984 : 419 ) adalah berbentuk pernyataan klien – konselor untuk bekerja sama mencapai tujuan dan masing-masing terikat untuk saling bertangung jawab.
d.      Setelah kontrak ini selesai, baru kemudian konselor bersama klien menggali ego state dan memperbaikinya sehingga terjadi dan tercapainya tujuan konseling.

I.       Teknik Konseling
Dalam AT konseling diarahkan kepada bagaimana klien bertransaksi dengan lingkungannya. Karena itu, dalam melakukan konseling ini, konselor memfokuskan perhatian terhadap apa yang dikatakan klien kepada orang lain dan apa yang dikatakan orang lain kepada klien. Untuk itu, teknik yang sering digunakan dalam AT diantaranya adalah analisis struktur, analisis transaksional, analisis mainan dan analisis skript,.
1.       Analisis Struktur
Analisis struktur maksudnya adalah analisis terhadap status ego yang menjadi dasar struktur kepribadian klien yang terlihat dari respons atau stimulus klien dengan orang lain
2.       Analisis transaksional
Konselor menganalisis pola transaksi dalam kelompok, sehingga konselor dapat mengetahui ego state yang mana yang lebih dominan dan apakah ego state yang ditampilkan tersebut sudah tepat atau  belum.
3.      Analisis Mainan
Analisis mainan adalah analisis hubungan transaksi yang terselubung antara Klien dengan konselor atau dengan Lingkungannya. Konselor menganalisis suasana permainan yang diikuti oleh klien untuk mendapat sentuhan, setelah itu dilihat apakah klien mampu menanggung resiko atau malah bergerak kearah resiko yang tingkatnya lebih rendah.
4.       Analisis Skript
Analisis Skript ini merupakan usaha konselor untuk mengenal proses terbentuknya skript yang dimiliki klien. Analisis skript ini hendaknya sampai menyelidiki transaksi seseorang sejak dalam asuhan orang tua, pada masa ini terjadi transaksi antara orang tua dengan anak-anaknya. Dan pada akhirnya terbentuk suatu tujuan hidup dan rencana hidup (script atau naskah). Hal ini dilakukan apabila konselor sudah meyakini bahwasanya kliennya terjangkit posisi hidup yang tidak sehat.

J.      KELEMAHAN DAN KELEBIHAN
Dengan melihat Konsepsi, penekanan, serta pelaksanaanya, maka ada beberapa kelebihan dan kelemahan dari AT.
1.      Kelebihan AT antara lain :
a.        Punya Pandangan Optimis dan Realistis tentang Manusia.
AT memandang manusia dapat berubah bila dia mau. Manusia punya kehendak dan kemauan. Kemauan inilah yang memungkinkan manusia berubah, tidak statis. Sehingga manusia bermasalah sekalipun dapat berubah lebih baik, bila kemauannya dapat tumbuh.
b.      Penekanan Waktu Sekarang dan Di sini.
Tujuan pokok terapi AT adalah mengatasi masalah klien agar dia punya kemampuan dan memiliki rasa bebas untuk menentukan pilihannya. Hal ini dimulai dengan menganalisis interaksinya dengan konselor atau orang lain. Dan itu adalah persoalan interaksi sekarang. Kini dan di sini (here and now).
c.       Mudah Diobservasi.
Pada umumnya teori yang muncul dari laboratorium itu sulit diamati karena itu terlihat abstrak, sehingga kadang-kadang tak jarang pula yang hanya merupakan konstruk pikiran manusia penemunya. Berbeda dengan AT, ajaran Berne tentang status ego ( O, D dan A) adalah konsep yang dapat diamati secara nyata dalam setiap interaksi atau komunikasi manusia.
d.      Meningkatkan Keterampilan Berkomunikasi
Fokus AT terpusat pada cara bagaimana klien berinteraksi, maka treatment juga mengacu pada interaksi, cara bebicara, kata-kata yang dipergunakannya dalam berkomunikasi. Karena itu, AT tidak hanya berusaha memperbaiki sikap, persepsi, atau pemahamannya tentang dirinya tetapi sekaligus mempunyai sumbangan positif terhadap keterampilan berkomunikasi dengan orang lain. Hal semacam ini tidak dimilliki oleh pendekatan lainnya.

2.      Kelemahan yang dimiliki AT antara lain :
a.       Kurang Efisien terhadap Kontrak Treatment
AT mengharapkan, kontrak treatment antara konselor-klien harus terjadi antara status ego Dewasa-dewasa. Artinya menghendaki bahwa klien mengikat kontrak secara realistis. Tetapi dalam kenyataannya, cukup banyak ditemui bahwa banyak klien yang punya anggapan jelek terhadap dirinya, atau tidak realistis. Karena itu, sulit tercapainya kontrak, karena ia tidak dapat mengungkapkan tujuan apa yang sebenarnya diinginkannya. Sehingga memerlukan beberapa kali pertemuan. Hal semacam ini dianggap tidak efisien dalam pelaksanaannya.

b.      Subyektif dalam Menafsirkan Status Ego.
Apakah ungkapan klien termasuk status Ego Orang tua, Dewasa, atau Anak-anak merupakan penilaian yang subyektif. Mungkin dalam hal yang ekstrim tidak ada perbedaan dalam menafsirkannya. Tapi bila pernyataan itu mendekati dua macam status ego akan sulit ditafsirkan, dan mungkin berbeda antara orang yang satu dengan yang lainnya. Perbedaan dalam memahami status ego ini, menyebabkan sulitnya kesamaan dalam menakar egogram klien.

K.    Kasus
Rudy merupakan siswa kelas X SMAN 1 di kabupaten Kuningan.dia memiliki kebiasaan buruk yakni sering minum minuman keras. Hal ini menjadi kebiasaan yang harus dilakukannya ketika dirinya sedang mengalami kecemasan atau dilanda sesuatu yang menyakitkan, maka pelampiasannya berkumpul dengan teman dan berpesta miras. Setelah pesta miras, dirinya merasakan sesuatu yang berbeda yakni rasa semangat kembali muncul dari dirinya, semua beban hilang, lambat laun dia merasakan ketagihan akan hal itu. Kebiasaan ini bermula semenjak dirinya masih di sekolah dasar kelas 6, dimana dia bergaul dengan teman-temanya yang lebih tua darinya yakni kelas X atau anak-anak penganggura. Karena itulah Rudy sering diajak untuk berkumpul bersama mereka. Dan lambat laun Rudy pun ikut minum miras karena didesak oleh teman-temannya. Akhir-akhir ini Rudy sering sakit-sakitan, namun kebiasaanya berpesta miras belum bisa dia hentikan. Oleh karena itulah, Rudy memutuskan untuk menemui konselor

L.     Daftar Pustaka

Corey Gerald. 2005. Teori dan Praktek Konseling dan Pikotrapi . Bandung: Rafika Aditama


Tidak ada komentar:

Posting Komentar